No. 700 : Injil - Sia-sia dan Penderitaan

If I gained the world, but lost the Savior

Akhir-akhir ini saya merasa di keadaan paling rendah. Mungkin, sudah hampir 2 minggu saya tidak bisa fokus dalam beberapa pekerjaan. Saya memiliki beberapa kekhawatiran dan masalah. Baik itu masalah secara fisik (tidak cukup tidur, dll.) maupun secara mental. Entah itu datang dari keluarga sendiri maupun faktor eksternal lainnya. Keadaan diperburuk saat saya memikirkan sesuatu hal yang tidak seharusnya saya pikirkan. Memikirkan yang melebihi dari yang seharusnya saya pikirkan (overthinking).

Walaupun demikian, salahnya lagi, saya mencari cara-cara untuk "menenangkan" diri. Namun, itu sia-sia. Semakin buruk, semakin dibawah. Yang dahulu, semuanya terasa manis, menjadi pahit.

Terkadang ada namanya kebetulan, ada juga yang memang sudah waktunya.


Iya, tiba-tiba, saya ditunjukkan satu kidung If I gained the world, but lost the Savior, dalam bahasa Indonesia-nya ada di nomor 700.

Bait 1-nya berisi demikian,

Dapat dunia, hilang Penolong, apa arti hidup demikian?
Bisakah hati t'rima hiburan, atas barang seg'ra lewat?

Ini kembali menerangi, saya mencoba mencari hiburan lain, saya mencari hal-hal lain untuk melepaskan kepenatan saya setelah menghadapi masalah. Namun, itu tidaklah memberikan rasa manis, tetapi semakin pahit. Tidak ada hiburan yang saya dapatkan, semakin depresi.

Dapat dunia, hilang Penolong, dapatkah ku pakai seumurku?
Semua senang dunia tak dapat tandingi penuh hayat Kristus.

Iya, saya melupakan satu hal yang fundamental. Walaupun saya sudah membaca buku yang berkaitan, namun itu menjadi suatu teori belaka. Tidak menerapkan, begitu sia-sia waktu yang sudah terbuang!


Ada lagi yang cukup mengingatkan kembali, di bait 2.

Andai ku kaya dan dicintai, namaku tenar dihormati,
Tetap tiada harapan, dermaga, tempat p'rahuku sandar henti.

Iya, semakin banyak kesuksesan, saya menjadi sedikit tamak. Saya merasa perlu mencari yang lebih banyak dengan usaha saya sendiri. Saya mencari ketenaran agar lebih terkenal. Namun, saya merasakan satu hal. Itu bukanlah yang sebenarnya saya cari. Saya kembali merasakan di paling bawah. Saya berusaha mencari perhatian, namun hampa. Semakin depresi.

Ah, mungkin saya tidak akan lupa, dimana saya mulai dimatikan sekali lagi. Hari selasa, waktu itu padahal saya tidaklah berduka. Namun, bam! Ada kabar yang saya tidak inginkan sama sekali. Saya di saat itu, ingin sekali emosi, ingin sekali melampiaskan amarah. Namun, saya tidak bisa. Emosi itu berubah menjadi saya menjadi sangat berduka. Saya mulai memikirkan yang tidak-tidak. Kondisi itu sangat berat bagi saya, saya kembali teringat masalah-masalah lampau. Saya sangat merasakan tiada sandaran!

Memang benar, "tiada harapan, dermaga, tempat p'rahuku sandar henti." Betapa sia-sia! Saya sangat terlambat menyadarinya. Walaupun sudah berhari-hari saya merasakannya. Saya mulai merasakannya saat saya benar-benar merasa sudah "mati".

Dapat dunia, hilang Penolong yang mati bagiku di salib.
Dapatkah dunia beriku lega, lepas dari derita hati?

Hah! Jika diingat-ingat, saya perlu ingat hal ini. Sudah terbuang waktuku hanya dengan hal sia-sia. :) Sudah seharusnya saya mencari Tuhan!

Oke, saya tidak akan menceritakan apa-apa soal Bait 3.

Betapa kosong, tanpa Penolong! Di tengah dosa, dukacita!
Betapa gelap, tanpa diri-Nya! Hanya malam penuh celaka!
Bila ku hidup tanpa Penolong, ajal tiba, ku bagaimana?
O, masuk lembah duka tanpa Dia, tanpa Dia selama-lamanya!

Sungguh menyedihkan, bait 3 ini sudah menjelaskan apa yang saya alami sebelumnya. Walaupun saya memiliki Penolong, namun saya tidak menerapkan Penolong itu di setiap situasi saya, untuk apa? Keselamatan itu bukan sekedar saya percaya dan hanya menunggu ajal. Namun, keselamatan dalam sehari-hari juga! Sungguh disayangkan!


Mari ke bait 4.

Sungguh riang, dalam Dia dapat s'gala, sungguh menghibur hati duka!
Semua dosa Dia ampuni, tiada susah yang tak Dia tanggung!
Walau hanya punya Kristus Tuhan, tanpa yang lain dalam dunia,
Dalam Dia, kau miliki s'gala, p'nuhi perlu tiada batas.

Setelah dalam kuburan selama 2 minggu, akhirnya saya sudah di titik saya tidak bisa melakukan apapun. Lalu, saya diingatkan mengenai kidung ini! Iya, akhirnya saya mulai merasakan damai sejahtera itu. (: Ah, kenapa tidak dari kemarin saja!


Lirik: